Senin, 01 September 2008

DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI
TERHADAP EKONOMI, SOSIAL POLITIK,DAN BUDAYA

I. Pengertian Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang bermakna universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Menurut Kennedy dan Cohen globalisasi telah membawa kita pada paham baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.
II. Globalisasi Menurut Para Ahli
1. Martin Albrow
Globalisasi menyangkut seluruh proses di mana penduduk dunia terinkorporasi ke dalam masyarakat dunia yang tunggal.
2. Thomas Friedman
Globalisasi adalah integrasi pasar, financial, dan teknologi yang mengecilkan dunia dari ukuran sedang menjadi kecil.
3. Martin Kohr
Globalisasi adalah apa yang kami di dunia ketiga selama beberapa abad menyebutnya kolonisasi.
4. Selo Sumarjan
Proses terbentuknya system organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia.
III. Ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia :
§ Perubahan dalam konsep ruang dan waktu.
§ Adanya ketergantungan antara pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
§ Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan
§ Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.
IV. Munculnya Globalisasi
Kemunculan globalisasi merupakan implementasi ide dari negara-negara maju yang memiliki ambisi besar untuk mengusai dunia. Globalisasi tak ubahnya sebuah kendaraan bagi negara-negara maju untuk mencapai tujuan ekonomi, politik, serta sosial dengan negara-negara berkembang sebagai bahan bakarnya.
Dengan tanpa rasa berdosa negara-negara maju mengusung tema “kemajuan bagi negara-negara berkembang”, guna mendapatkan simpati dari negara-negara berkembang. Selama beberapa tahun lalu, pernyataan para penganjur globalisasi telah menyesaki genderang telinga kita. Tujuan utama mereka mendesakkan globalisasi adalah untuk membantu kaum miskin di dunia. Mereka berpendirian bahwa dengan menghilangkan hambatan terhadap perdagangan perusahaan besar dan berbagai investasi keuangan, maka itulah gagasan terbaik menuju pertumbuhan dan keluar dari kemiskinan.
Akan tetapi, sejauh ini, hampir seluruh fakta dalam beberapa decade lalu (1970-2000) –masa pengaruh tercepat dari globalisasi ekonomi – menunjukkan bahwa globalisasi ekonomi justru menciptakan kondisi sebaliknya. Sebuah laporan PBB (UNDP,1999) menemukan bukti bahwa ketimpangan antara orang kaya dan orang miskin di dalam Negara maupun antarnegara, dengan sangat cepat meluas. Salah satu penyebab utamanya adalah system perdagangan dan system keuangan global.
V. SAPs (Structural Adjusment Programs)
Bretton Woods sebagai lembaga yang mendukung globalisasi dalam membuat kebijakannya ternyata tidak dirancang untuk memberi keuntungan kepada Negara-negera miskin, melainkan kepada Negara-negara industri kaya dan berbagai koporasi global mereka, dengan tetap mengatakan bahwa mereka melakukan semuanya itu untuk membantu kaum miskin, itu adalah sebuah “sinisme tingkat tinggi”. Karena, sesungguhnya kebijakan globalisasi ekonomi lebih banyak menciptakan kemiskinan ketimbang memberikan jalan keluar.
Dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya tersebut, Bank Dunia dan IMF memiliki instrument yang sangat kuasa dan berbahaya yang bernama SAPs (Structural Adjustment Programs), yang membentuk berbagai kebijakan yang sangat buruk dan merugikan.
Berikut ini contoh beberapa persyaratan SAP:
· Penghapusan tarif-tarif yang membantu industri-industri kecil local agar tetap mampu bertahan hidup berhadapan dengan perusahaan-perusahaan besar global
· Penghapusan berbagai peraturan dalam negeri yang mungkin dapat menghambat atau terlalu banyak mengatur masuknya investasi luar negeri
· Penghapusan control harga –bahkan berkenaan dengan kebutuhan pokok seperti pangan dan air sekalipun – tetapi secara tidak adil mewajibkan pemberlakuan control atas upah
· Pengurangan secara drastis bebagai pelayanan social dan badan-badan yang menjalankannya
· Penghancuran secara agresif atas program-program rakyat
· Perubahan yang dipaksakan secara cepat atas perekonomian dalam negeri untuk menekankan produksi ekspor
Jika kita cermati satu persatu nyatalah bahwa globalisasi diciptakan bukan untuk kemakmuran negara-negara berkembang.
VI. Lembaga-lembaga Global Internasional
1. IMF
Dalam pertemuan tahunan pada 1999, IMF dan Bank Dunia mempermaklumkan bahwa pengentasan kemiskinan merupakan tujuan utama. Melalui SAP, IMF telah memaksakan pembaruan yang keras di bidang ekonomi kepada lebih dari 100 negara sedang berkembang dan di bekas negara-negara komunis, hingga menjebloskan ratusan juta orang ke jurang kemiskinan yang kian dalam.
2. WTO
World Trade Organization (WTO) dan berbagai perjanjiannya tidak melayani kepentingan negara sedang berkembang, tetapi kepentingan dunia industri maju, khususnya Amerika Serikat. Bukan kebutuhan masyarakat global yang melahirkan WTO pada 1995, melainkan penilaian Amerika Serikat bahwa kepentingan berbagai korporasinya tidak lagi terlayani oleh GATT (General Agreement on Tariff and Trade) yang sangat longgar dan lentur. Sehingga, Amerika Serikat membutuhkan kehadiran suatu badan yang sangat kuat dan luas ruang lingkupnya, semacam WTO.
Munculnya pernyataan bahwa WTO diperlukan adalah salah satu kebohongan besar. Agar WTO diterima para propagandis Amerika Serikat membangkitkan kekuatan bahwa apabila negara berkembang tidak mau bergabung dengan WTO, negara yang bersangkutan akan diisolir dari perdagangan dunia.
Betapa tidak demokratisnya WTO tatkala segala keputusan dicapai secara informal melalui kasus-kasus yang diadakan di berbagai koridor kementrian oleh penguasa besar perdagangan. Berbagai sidang pleno resmi, yang dalam negara-negara demokrasi merupakan arena utama bagi pembuatan keputusan, hanya disediakan untuk tempat-tempat pidato belaka. Kesepakatan yang dihasilkan hanya berfungsi sebagai alat rekayasa dari suatu proses yang tidak transparan. Jelas sudah betapa WTO secara sistematis melindungi perdagangan dan keuntungan ekonomi negara-negara kaya, khususnya Amerika Serikat, kiranya sangatlah tidak mungkin bagi WTO untuk mengkalim bahwa dirinya melayani kepentingan kaum miskin di negara-negara sedang berkembang.
3. Bank Dunia
Bank Dunia, dalam Raison d’etre-nya, berusaha mengurangi kemiskinan yang itu menjadi satu paket dengan pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Namun demikian, dalam usahanya memajukan sesuatu yang disebut “pembangunan”, kaum miskin di sebagian besar negara peminjam justru berada dalam kondisi yang jauh lebih buruk ketimbang lima belas tahun sebelumnya. Bahkan menurut Annual Review of Development Effectiveness 1999 oleh Departemen Evaluasi Pelaksanaan Bank Dunia atau OED, “Kecenderungan kemiskinan menjadi semakin buruk. Jumlah kaum miskin yang hidup dengan penghasilan kurang dari 1 dolar AS sehari meningkat, kendati Bank Dunia pada saat ini mengklaim bahwa tingkat keberhasilan proyek mereka secara keseluruhan lebih tinggi (hingga mencapai 72% dari 64% pada 1991), namun realitas tetap menjadi alasan yang tak terbantahkan.
VII. Dampak Globalisasi Bagi Ekonomi dan Politik
Dari uraian-uraian di atas secara implisit kita dapat menemukan keburukan globalisasi bagi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang. Adapun keburukan globalisasi ekonomi adalah sebagai berikut:
§ Menghambat pertumbuhan sektor industri
§ Memperburuk neraca pembayaran
§ Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
§ Sektor keuangan semakin tidak stabil
§ Semakin terbukanya system ekonomi suatu Negara
§ Bebasnya perdagangan barang dan jasa antar Negara
§ Bebas keluar masuknya aliran uang antar Negara
§ Standardisasi produk dan proses produksi dalam industri
§ Meningkatnya eksploitasi sumber daya alam
§ Keluar masuknya SDM antar Negara sehingga meningkatkan kompetisi
Sedangkan di bawah ini adalah dampak negative globalisasi terhadap dunia perpolitikan:
§ Terbentuknya system politik/Negara sesuai dengan teori-teori yang berkembang di barat seperti diterapkannya bentuk Negara, bentuk pemerintahan dan system pemerintahan menurut terminology barat
§ Menguatkannya tuntutan agar diciptakan Good Governance
§ Menguatkannya tuntutan pembentukan civil society di berbagai belahan dunia
§ Demokratisasi dalam penyelenggaraan kehidupan Negara
§ Berkembangnya budaya politik yang dipengaruhi nilai-nilai barat
§ Menguatnya tuntutan dalam penegakan HAM dan hukum
§ Tuntutan jaminan kebebasan pers
§ Menguatnya tuntutan desentralisasi kewenangan
§ Meningkatnya partisipasi politik masyarakat baik itu melalui pemilu, keterlibatan dalam jabatan politik, maupun dengan kritik dan saran yang ditujukan pada institusi-institusi publ
VIII. Globalisasi Menggusur Budaya Lokal
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Nilai-nilai budaya Indonesia yang mengandung nilai ketimuran telah terkontaminasi oleh budaya barat. Dalam kehidupan sehari-hari akan sangat sulit ditemukan budaya asli bangsa Indonesia. Gaya bergaul, berpakaian, bahkan persepsi tentang ketuhanan sudah terkena virus kebudayaan Negara-negara maju.
Indonesia yang memiliki beragam etnis local, sekarang ini kurang bisa melindungi keberadaan mereka terkait adanya globalisasi. Komunitas Dayak Pitap, orang-orang Wana, Wet Semokan, dan Kajang mengalami problem yang pelik sehubungan dengan tanah mereka. Tanah yang bagi mereka tidak hanya memiliki fungsi ekonomis, medis dan social, tapi juga memilki fungsi spiritual bagi mekanisme adat, kini sedang terancam dengan hadirnya perusahaan-perusahaan besar sebagai pengemban amanat globalisasi. Sesuatu yang selalu problematic adalah ketidakmampuan pemerintah dalam mengapresiasi perbedaan paradigma antara masyarakat local dengan perusahaan-perusahaan besar. Yang mereka pikirkan adalah keuntungan financial yang jika diukur tidak akan sebanding dengan kerugian yang akan diderita.
Secara garis besar, dampak globalisasi terhadap budaya adalah sebagai berikut:
§ Penyebaran dan interaksi budaya antar Negara yang semakin intensif yang tak jarang menimbulkan benturan budaya
§ Terjadinya pergeseran nilai dalam masyarakat
§ Kecenderungan terbentuknya suatu budaya global yang homogen
§ Terjadinya perubahan pola dan gaya hidup dalam masyarakat
§ Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
§ Berkembangnya sekularisasi pada beberapa pihak dan menguatnya nilai-nilai agama pada pihak lain.







DAFTAR PUSTAKA :
1. Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan
2. Budiman, hikmat, 2007, Hak Minoritas Dilema Multikulturalisme di Indonesia, The Interseksi Foundation.
3. Surayanto, 2005, Kewarganegaraan untuk SMA.
4. http://www.pacific.net.id/pakar/adiharsono/000301.html
MAKALAH SOSIOLOGI-POLITIK
GLOBALISASI
Dosen : Drs. Soeprapto, SU



Anggota :
1. Rosita Anggia / Man / 16167
2. Zusri Kusuma W / Man / 16348
3. Weny Rosalina / Man / 16350
4. Hastiwi Rinardiyanti / Man / 16362
5. Anita Wijaya / Akt / 16775





Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2008

Tidak ada komentar: